Monday, August 2, 2010

UBASUTE-YAMA

Pada zaman dahulu, di sebuah daerah terdapatlah seorang raja yang membuat peraturan kejam. Isi dari peraturan tersebut adalah, setiap orangtua yang berumur 60 tahun ke atas harus dibuang ke hutan di atas gunung yang disebut Ubasute-yama. Sang penguasa berpendapat bahwa orang yang sudah tua tidak ada gunanya. Badannya sudah tidak kuat lagi bekerja dan daya pikirnya menurun. Orang¬-orang tersebut akan membebani kehidupan di masyarakat. Jika ada yang melanggar peraturan tersebut, seluruh keluarganya akan mendapatkan hukuman yang berat. 




 Sementara itu, di sebuah desa kecil yang juga masih termasuk wilayah daerah kekuasaan sang raja, hiduplah seorang pemuda bersama ibunya. Sang pemuda sedih sekali karena sebentar lagi usia sang ibu genap 60 tahun. Maka mau tidak mau dia harus mengasingkan ibunya ke Gunung Ubasute.




 Sehari setelah sang ibu genap berusia 60 tahun, sang pemuda dengan menitikkan airmata meminta ijin ibuinya untuk mengantarkannya ke gunung Ubasute. Sang pemuda menggendong ibunya di punggung. Dengan hati-hati ia mulai mendaki gunung yang terjal tersebut. Ketika mulai memasuki hutan yang lebat, tanpa disadarinya, tangan sang Ibu mematahkan beberapa ranting pohon yang dapat diraihnya. Hal itu dilakukan sang ibu di sepaniang perjalannya. Setelah beberapa kali beristirahat, akhirnya sampailah mereka di depan sebuah gua kosong. Sang pemuda menurunkan ibunya dari gendongan lalu mulai membersihkan gua tersebut agar nantinya dapat ditinggali dengan nyaman. Setelah selesai semuanya, ia berpamitan kepada. ibunya.






 "Ibu, tempat ini sudah ananda bersihkan. Mudah-mudahan ibu akan merasa nyaman tinggal disini. Ananda akan datang dua hari sekali dengan membawakan makanan. Maafkan ananda, Ibu!" kata pemuda dengan sedih. 

"Sudahlah, jangan bersedih hati. Ibu akan merasa betah tinggal disini. Segeralah pulang, karena hari sudah petang. Jangan lupa untuk mengikuti patahan-patahan ranting pohon yang telah ibu petik agar kamu nanti tidak tersesat di jalan." kata ibunya menjelaskan.  



Mendengar hal itu, hati sang pemuda bertambah sedih. Sang ibu begitu bijaksana dan menyayanginya selama ini, kenapa ia harus tega membuangnya di atas gunung ini. Karena sangat kasihan terhadap sang ibu, akhirnya ia memutuskan untuk menggendong dan membawa pulang kembali ibunya ke rumah. Ia bertekad untuk merawat sang ibu sampai akhir hayatnya.Sesampai di rumah, ia lalu membuat sebuah kamar rahasia di atas plafon rumahnya. Ibunya akan disembunyikan di atas plafon tersebut sampai keadaan menjadi aman kembali. 

Beberapa waktu kemudian, raja penguasa daerah tersebut membuat sebuah sayembara yang harus diikuti oleh para penduduk. Sayembara tersebut berisi; "Buatlah sebuah anyaman dari abu jerami" Semua orang telah mencoba, namun gagal. Tidak mungkin membuat anyaman dari abu jerami, karena abunya akan hancur bila disentuh. Akhirnya sang pemuda menemui ibunya dan menceritakan tentang sayembara tersebut. Sang ibu kemudian mengatakan agar ia membuat anyaman jerami tersebut lebih dulu, setelah itu dibakar dengan hati-hati. Hasilnya akan menjadi anyaman abu jerami. Akhirnya sang pemuda melakukan apa yang dikatakan oleh Ibunya, dan membawa hasilnya ke istana untuk ditunjukkan kepada raja. Melihat hasil tersebut, sang raja sangat terkejut. Ternyata ada penduduknya yang cerdik. Akhirnya sang raja memberi hadiah kepada sang pemuda. Sang pemuda sangat senang dan menunjukkan hadiah-hadiah tersebut kepada sang ibu.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah kabar dari alun-alun bahwa raja membuat sayembara lagi. Isi sayembara kali ini adalah: "Masukkanlah ujung benang ke dalam cangkang keong" Sebuah sayembara yang kelihatannya mudah, namun sebenarnya sangat sulit dilakukan. Rongga cangkang keong adalah berliku-liku dan kecil. Hampir tidak mungkin ujung benang dapat mencapai ujung rongga keong jika dilakukan oleh kemampuan manusia. Namun, sekali lagi sang pemuda membawa permasalahan ini ke hadapan ibunya. Dengan tersenyum sang ibu mengatakan, "Ikatkan ujung benang kecil tersebut ke tubuh semut. Lalu masukkan semut tersebut ke mulut cangkang keong, kemudian tutuplah mulut itu. Berikutnya sediakan beberapa butir gula di ujung cangkang keong satunya, lalu biarkan beberapa waktu. Semut akan membawa benang yang diikatkan ke tubuhnya itu keluar dari ujung cangkang keong". Benar juga, setelah menunggu semalaman, keesokan harinya benang tersebut telah dibawa oleh semut keluar dari ujung cangkang keong yang satunya. Setelah berpamitan kepada sang ibu, ia membawa cangkang keong dan benang tersebut ke hadapan raja sang penguasa. 



Betapa terkejutnya sang raja, karena yang berhasil memecahkan sayembara tersebut adalah pemuda yang sama dengan sebelumnya. Sang raja memuji kecerdikannya. Lalu, sang raja berkata, "Aku kagum dengan kecerdikanmu. Sebagau hadiah dariku, katakanlah satu macam permintaan, maka aku akan mengabulkannya!" 

 Mendengar hal tersebut sang pemuda sangat gembira. Ia lalu teringat pada ibunya yang selama ini membantu memenangkan setiap sayembara. Ia kasihan pada ibunya yang harus hidup bersembunyi di atap rumahnya. Kemudian sang pemuda memohon kepada raja, agar beliau berkenan mencabut peraturan yang menyatakan bahwa setiap orangtua yang berusia 60 tahun ke atas harus dibuang ke gunung. Mendengar permintaan itu, sang raja sangat terkejut lalu ia menanyakan alasannya. 

 "Sebenarnya yang telah membantu saya memecahkan setiap sayembara yang paduka berikan adalah ibu saya. Beliau sangat bijaksana dan menyayangi saya." kata sang pemuda. "Berapa usia ibumu?" tanya sang raja lagi. 

"Bulan depan beliau berusia 61 tahun." jawab sang pemuda. Raja lalu diam sejenak. Ia berpikir bahwa pemuda di hadapannya tersebut jujur dan berkata benar. Setiap orang pasti akan menjadi tua, termasuk dirinya sendiri. Orang yang hidup sampai tua pasti mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya. Sedangkan pengalaman-pengalaman tersebut pasti akan banyak berguna bagi generasi muda. Akhirnya raja mengambil keputusan yang sangat penting. 

"Baiklah, aku akan kabulkan permohonanmu. Mulai hari ini juga aku akan menghapus peraturan tersebut dan mengutus menteri kerajaan untuk segera mengumumkannya kepada khalayak ramai!" kata sang raja. 

Sang pemuda pun tersenyum gembira. Ia pulang dengan penuh sukacita. Diceritakannya hal ini kepada sang ibu yang juga menyambut gembira. Sejak saat itu banyak orangtua yang selama ini dibuang ke gunung, diambil kembali oleh anak-anaknya. Kini mereka dapat hidup dengan bahagia bersama keluarganya. 

Catatan: 

Cerita Ubasute-yama (berarti Gunung Tempat Pembuangan orang Lanjut Usia) yang berasal dari Prefektur Gifu. Kisah ini pertama kali ditemukan dalam literatur "Yamato Monogatari" yang berisi tentang kumpulan cerita rakyat ditulis pada Zaman Heihan. Nilai-nilai moral yang dapat dipelajari dari kisah ini adalah pentingnya untuk menghormati orangtua, atau orang-orang yang sudah lanjut usia. Karena selain mereka adalah orang-orang yang telah merawat dan membesarkan kita, mereka juga orang-orang yang mempunyai banyak pengalaman tentang hidup dan bijaksana.          



No comments:

Post a Comment