Wednesday, July 21, 2010

Kaguya-Hime (Putri Kaguya)

Kaguya-Hime
(Putri Kaguya)

Pada jaman dahulu kala hiduplah sepasang kakek nenek di sebauh desa terpencil. Pekerjaan sang kakek sehari-hari adalah sebagai penebang bambu di hutan. Bambu tersebut dibuatnya menjadi berbagai barang kerajinan tangan, dan orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu. Pada suatu hari, ketika sang kakek masuk ke hutan bambu, ia melihat sebatang bambu yang pangkalnya bercahaya seperti emas. Karena penasaran, maka sang kakek memotong bambu tersebut. Keluarlah dari dalam batang bambu, seorang anak perempuan yang mungil, tingginya kira-kira sekitar 9 cm tapi manis dan lucu.

Sang kakek kemudian membawa anak perempuan itu pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, kakek memberi tahu nenek tentang anak perempuan yang ia temukan pada saat sedang memotong bambu. Anak itu dibesarkannya seperti anak sendiri, mereka akhirnya memberi nama anak itu Kaguya. Sejak itu, setiap kakek pergi ke gunung untuk menebang bambu, di dalam batang bambu tersebut pasti selalu ditemukan emas. Kakek dan nenek menjadi kaya, kehidupan merekapun menjadi makmur berkat kehadiran Kaguya. Dalam 3 bulan, anak perempuan yang dibesarkan tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik. Kecantikan putri ini sulit ditandingi, begitu cantiknya sehingga perlu diberi nama yang sangat istimewa. Orang-orang menyebutnya Putri Kaguya (Nayotake no kaguya hime).


Tak terasa putri Kaguya telah tumbuh menjadi sosok putri yang sangat cantik. Berita kecantikan Putri Kaguya tersebar ke seluruh pelosok negeri. Banyak Pria dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa, semuanya ingin menikahi Putri Kaguya. Mereka datang berturut-turut ke rumah Putri Kaguya untuk meminangnya, namun terus menerus ditolak oleh Putri Kaguya. Walaupun tahu usaha mereka sia-sia, para pria yang ingin menikahi Putri Kaguya terus bertahan di sekeliling rumah Putri Kaguya. Satu per satu dari mereka akhirnya menyerah, dan tinggal 5 orang pria yang tersisa, yang semuanya pangeran dan pejabat tinggi.

Mereka tetap bersikeras ingin menikahi Putri Kaguya, sehingga Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya, “Perempuan itu menikah dengan laki-laki. Tolong pilihlah dari mereka yang ada.” Dijawab Putri Kaguya dengan, “Aku hanya mau menikah dengan pria yang membawakan barang yang aku sebutkan, dan sampaikan ini kepada mereka yang menunggu di luar.”
Putri Kaguya memikirkan berbagai cara untuk menolak lamaran mereka dengan menyuruh membawa barang-barang yang mustahil adanya. Siapa pun yang berhasil membawa barang-barang yang diinginkan sang putri, maka dia akan menerima lamaran salah satu dari mereka.
Ketika malam tiba, pesan Putri Kaguya disampaikan kepada kelima pria yang menunggu. Pelamar masing-masing diminta untuk membawakan barang yang mustahil didapat, mangkuk suci sang Buddha, dahan pohon emas berbuah berkilauan, kulit tikus putih asal kawah gunung berapi, mutiara naga, dan kulit kerang bercahaya milik burung walet. Para pelamar itu pun datang dengan membawa barang yang diminta. Pelamar pertama kembali membawa mangkuk biasa, pelamar kedua membawa barang palsu buatan pengrajin, dan pelamar ketiga membawa kulit tikus biasa yang mudah terbakar. Semuanya ditolak Putri Kaguya karena tidak membawa barang yang asli. Pelamar keempat menyerah akibat dihantam badai di perjalanan, sedangkan pelamar kelima tewas akibat patah pinggang. Namun semua barang yang dibawa itu palsu karena barang yang diminta Putri Kaguya tersebut mustahil ditemukan di bumi ini. Jadi tak satu pun dari mereka yang berhasil memperistri Putri Kaguya.
Berita kegagalan ini terdengar sampai ke kaisar yang menjadi ingin bertemu dengan Putri Kaguya. Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya agar mau menikah dengan kaisar, tapi Putri Kaguya tetap menolak dengan berbagai alasan. Putri Kaguya bahkan tidak mau memperlihatkan dirinya di depan kaisar. Kaisar akhirnya memutuskan untuk menyerah setelah saling bertukar puisi dengan Putri Kaguya.
Putri Kaguya harus kembali ke bulan pada musim gugur ketika bulan purnama. Putri Kaguya menghabiskan malam demi malam dengan memandangi bulan sambil menangis dalam kesedihan. Kalau ditanya kenapa menangis, Putri Kaguya tidak mau menjawab. Kakek dan nenek merasa khawatir kenapa putri kesayangannya merasa sedih. Namun ketika bulan 8 tanggal 15 semakin dekat, tangis Putri Kaguya makin menjadi. Putri Kaguya akhirnya mengaku, “Aku bukan manusia bumi, tanggal 15 ini di saat bulan purnama, aku harus kembali ke bulan”. Identitas sebenarnya Putri Kaguya disampaikan kepada kaisar. Prajurit-prajurit gagah berani diutus kaisar untuk melindungi Putri Kaguya dari jemputan orang bulan.
Putri Kaguya sangat sedih karena harus meninggalkan kakek dan nenek yang dicintainya. Karena tidak mau kehilangan putri Kaguya, maka kakek dan nenek berusaha mempertahankan putri Kaguya saat sang putri dijemput oleh utusan bulan untuk kembali ke bulan. Malam bulan purnama itu pun tiba, sekitar jam 2 malam, dari langit turun orang-orang bulan. Para prajurit dan Kakek Pengambil Bambu tidak mampu mencegah mereka membawa Putri Kaguya kembali ke bulan. Putri Kaguya sebenarnya adalah penduduk ibu kota bulan yang sedang menjalani hukuman dibuang ke bumi. Namun usahanya itu sia-sia. Akhirnya Putri Kaguya pergi menuju bulan.

Sebagai kenang-kenangan dan tanda terima kasih, putri Kaguya memberikan Obat hidup kekal (Fushi no kusuri) kepada kakek dan nenek yang selama ini merawatnya. Sayangnya, kakek membakar obat itu karena ia merasa meskipun bisa hidup abadi dengan meminum obat itu, tanpa ada Kaguya di sisi mereka apalah artinya. Kakek membakar obat itu di atas puncak gunung tertinggi di Jepang. Gunung tempat sang kakek membakar obat itu kemudian diberi nama Fushi no Yama (gunung abadi), dan gunung itu sekarang dikenal dengan nama Fujiyama. Konon obat yang dibakar di atas gunung membuat Gunung Fuji selalu mengeluarkan asap.

Gunung Fuji adalah gunung keabadian atau orang Jepang menyebutnya Fuji san (san berarti gunung, khusus untuk menyebut gunung Fuji) merupakan gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi. Ketinggian gunung Fuji adalah 3.776 M. Gunung ini adalah simbol bagi negara Jepang selain bunga sakura. Konon, wanita sempat dilarang keras mendaki gunung ini karena Dewi gunung Fuji akan cemburu.

Judul asli: Kaguya-hime (Putri Kaguya) yang kemungkinan berasal dari Prefektur Shizuoka. Cerita ini sebenarnya sudah ada sejak Zaman Heian, yang ditulis dalam Taketori Monogatari (Kisah Penebang Bambu). Kisah ini sangat terkenal di Jepang dan banyak disukai anak-anak maupun orang dewasa.

No comments:

Post a Comment