Tuesday, July 20, 2010

legenda, mitos & cerita hantu jepang 2



Hainu
Hainu : Winged Dog

Hainu, Anjing bersayap ini merupakan mahluk populer di kota Chikugo di Prefektur Fukuoka, dan konon kabarnya, anjing itu sendiri dikubur di bawah batu monumen di dekat stasiun kereta api yang disebut Hainutsuka (winged dog mound). Dua kisah yang bertentangan tentang asal-usul hantu anjing bersayap ini.
Menurut versi cerita yang pertama, yang tertulis dalam Chikugo Kokorogashi pada tahun 1777, anjing bersayap adalah makhluk yang sangat berbahaya dan ganas yang kerap memangsa manusia dan hewan ternak. Ketika Toyotomi Hideyoshi memulai ekspedisi di Kampanye Kyushu 1587, mencari daerah jajahan untuk menaklukkan pulau, seekor anjing berdiri di tengah jalan dan menyerang Hideyoshi. Anjing tersebut harus dibunuh, dia bertarung dengan anjing itu dan memenangkan pertarungan. Hideyoshi begitu tertarik dengan keberanian anjing tersebut, dan ia mendirikan sebuah tugu peringatan untuk mengenang anjing tersebut.
Menurut versi cerita yang kedua, anjing ini adalah hewan peliharaan kesayangan Hideyoshi yang tewas tepat dimana batu monumen Hainutsuka berada. Untuk versi yang kedua ini ada beberapa bukti sejarahnya. Gambaran mengenai anjing bersayap yang berasal dari cerita rakyat Chikugo ini mungkin didasarkan pada ketangkasan anjing ini. Sedangkan kemungkinan yang sebenarya bahwa anjing bersayap hanya imaginasi orang-orang pada waktu itu… bisa saja sebenarnya hanya anjing peliharaan biasa…
City of Chikugo: Hainu Densetsu and Hainu Densetsu to Hainu no Tsuka
Lokasi kemunculan Hainu :



Hanako

Hanako adalah hantu penunggu toilet (kamar mandi). Jika di sekolah kamu memiliki 4 (empat) toilet atau lebih, terutama toilet perempuan. Coba kamu ketuk 3x sambil menyebut nama “Hanako”. Konon Hanako akan menjawab dan membuka pintu kamar mandi, kamu nanti akan melihat sosok seorang gadis dengan rambut sebahu, memakai rok merah akan berdiri di depan toilet.
Hati-hati kalau kamu sedang berada di dalam toilet, mungkin saja di sebelah toilet-mu yang kosong, bisa saja tiba-tiba terdengar suara guyuran air atau suara anak perempuan yang sedang bernyanyi-nyanyi kecil. Kalau hal ini terjadi, segera keluar dari toilet, kalau tidak kalia tidak akan bisa keluar dan seterusnya akan menemani si Hanako yang kesepian.
Hanako sebenarnya adalah arwah penasaran yang bunuh diri karena di kucilkan oleh teman-teman sekelasnya. Dia tidak pernah diajak bermain oleh temen-temannya, bahkan tak pernah diajak bicara sekalipun. Teman-temanya sering jahil kepadanya, tidak satupun diantara temen-temennya yang mau menolongnya. Hanako di kelasnya hanya dianggap sampah yang tak berguna, Hanako menjadi seorang anak yang pendiam.
Ada juga versi lainnya yaitu, dikatakan bahwa Hanako saat itu sedang bermain petak umpet bersama temen-temennya di sekolah, dia lalu bersembunyi di dalam toilet. saat itu tiba-tiba ada pesawat tempur membom sekolah, saat Hanako sedang bersembunyi. Hanako ingin membuka pintu toilet tapi tidak bisa karena tertimbun runtuhan bangunan bekas bom itu. Akhirnya Hanako terbakar bersama bagunan sekolah itu tanpa sisa.
Setelah Hanako mati, arwahnya penasaran dan dia menjadi “Toire no Hanako” Hanako si hantu penunggu toilet (kamar mandi). Hanako menunggu seseorang untuk masuk ke toilet miliknya.



Harionago
Harionago (Rose-Hair Woman) : A female monster with deadly barbed hair.
Data Harionago :
Area yang ditinggali : Dimanapun.
Kekuatan khusus : Rambut hidup.
Tingkat Bahaya : Bervariasi.
Kesukaan : Memburu, Mengganggu anak laki-laki.
Dibenci : Pintu yang terbuat dari kayu.

Harionago dikenal di perfektur ehime kota shikoku, iblis wanita ini mempunyai kepala yang dipenuhi dengan rambut yang sangat lebat, tiap helai rambutnya sangatlah tajam, ujungnya bengkok seperti kail. Kesukaannya adalah memburu korbannya yaitu laki-laki muda. Biasanya dia akan muncul dijalanan dengan wujud wanita cantik, dia akan tertawa melengking begitu korbannya melihatnya, dan jika korbannya itu ikut-ikutan tertawa, rambut iblis ini akan langsung menghujam tubuh si korban.
Konon, rambut iblis ini tidak bisa menembus pintu yang terbuat dari kayu. Sayangnya, pada zaman dahulu masih banyak orang jepang yang memiliki pintu rumah yang terbuat dari kertas.



Hitodama
Hitodama : A fireball-ghost that appears when someone dies.
Data Hitodama :
Nama Lain : Hidama , Kitsunebi.
Area yang ditinggali : Dimanapun, terutamma di areal pemakaman atau crematorium, atau tempat orang-orang mati seperti hutan atau gunung.
Kekuatan khusus : Dapat muncul dan menghilang secara tiba-tiba.
Tingkat Bahaya : Biasanya tidak berbahaya jika muncul sendiri.
Kesukaan : Menampakan diri.
Dibenci : Tergantung roh orang mati yang menjelma menjadi hantu ini.

Roh-roh orang yang baru saja mati dikatakan berbentuk bola api besar yang mengambang, bersinar berwarna kuning, biru pucat atau putih bersinar seperti bulan. Selain itu Hitodama memiliki ekor bentuk spiral, kadang-kadang berkedip-kedip biru menyeret ekor panjang di belakang mereka. Sebuah Hitodama biasanya sering terlihat di areal pemakaman dan pada malam hari di dalam hutan ketika musim panas tiba, tetapi mereka bisa sesekali muncul ditempat-tempat lain. Seperti muncul disekitar orang yang sedang sakit menjelang kematiannya, meninggalkan tubuhnya yang hampir menuju ke alam lain.
Hitodama sering kali jatuh membentur tanah lalu menghilang dengan sekejap, atau berangsur-angsur pergi tak lama setelah mereka terlihat. Mahluk ini meninggalkan jejak berupa busa atau cairan lengket seperti lendir pada benda apapun yang mereka sentuh. Tidak hanya terlihat sebagai perwujudan roh orang mati atau adanya aktivitas spiritual, Hitodama bisa juga muncul karena dipanggil oleh kekuatan hantu yang bernama Kitsune.
Semua jenis hantu bola api biasanya mempunyai penampilan, fungsi dan perilaku yang sama. Biasanya mereka berfungsi memberi tanda bahwa ada pemakaman disekitar ia muncul, menjahili para pelancong dengan menyesatkannya, ada yang digunakan oleh hantu bernama Kitsune, dan penampakan-penampakan biasa pada tempat tempat angker.
Hitodama dikenal tertarik pada seseorang yang memiliki kekuatan magis yang kuat dan mereka juga patuh pada seorang paranormal yang kuat. Karena itu, Hitodama biasa terlihat mengelilingi hantu atau siluman yang sedang menampakan diri. Onmyouji dan spiritualis lainnya biasanya memeanfaatkan Hitodama ini untuk keperluannya, karena Hitodama juga bisa berkomunikasi dengan baik.
Fakta menunjukan bahwa Hitodama muncul hampir disemua tempat dimana hantu atau arwah dipercaya tinggal, karena hantu ini manjadi semacam aksesoris bagi hantu lain ketika mereka menampakan diri atau ketika ada kegiatan supranatural yang tengah dilakukan. Hitodama adalah hantu yang paling dikenal, Karena hampir setiap penampakan hantu dijepang pasti akan dimulai dengan kemunculan Hitodama.



Hoshi no Tama (Bola Bintang)

Penggambaran Kitsune dan korbannya sering mengikutsertakan benda putih yang disebut “Hoshi no Tama” (Bola Bintang) berbentuk bulat atau seperti bawang. Dalam dongeng, permata Hoshi no Tama berselimutkan api disebut Kitsune-bi (Api rubah). Di dalam sebagian cerita, Hoshi no Tama digambarkan sebagai mutiara atau permata yang memiliki kekuatan sihir. Ketika sedang tidak berubah wujud menjadi manusia atau merasuki manusia, Kitsune menggigit Hoshi no Tama atau membawanya di bagian ekor. Permata merupakan simbol yang lazim ditemukan pada Inari, dan rubah suci Inari sangat jarang digambarkan tidak memiliki permata.
Sebagian orang percaya, sebagian kekuatan kitsune berada di dalam permata “Bola Bintang” ketika Kitsune berubah wujud. Cerita lain menggambarkan mutiara sebagai perlambang nyawa Kitsune. Kitsune akan mati jika terlalu lama terpisah dari mutiaranya. Orang yang berhasil mengambil bola Kitsune, kabarnya bisa menukar bola tersebut dengan kekuatan sihir yang dimiliki Kitsune. Dalam dongeng abad ke-12, seorang laki-laki berhasil mengambil bola Kitsune dan mendapat imbalan ketika mengembalikannya:
“Kau terkutuk!” maki sang rubah. “Kembalikan bolaku!” Tapi laki-laki itu mengabaikan permohonan Kitsune, hingga Kitsune berkata sambil menangis, “Baiklah, kau boleh ambil bolaku, tapi bola tersebut bakal tidak ada gunanya buat kau, kalau kau tidak tahu cara menggunakannya. Bagiku, bola itu adalah segala-galanya. Aku peringatkan, kalau kau tidak mau mengembalikannya, kau bakalan jadi musuhku selamanya. Tapi bila kau mau mengembalikannya, aku akan terus mendampingimu bagaikan dewa pelindung.”
Nyawa laki-laki tersebut kemudian diselamatkan sang rubah yang membantunya melawan gerombolan bandit.



Hyaku Monogatari (100 Kisah Tentang Hantu)

Taukah kalian? Masyarakat jepang sangat percaya terhadap tahayul dan cerita-cerita mengenai hantu. Salah satunya adalah Hyaku Monogatari (100 kisah tentang hantu) ~semacam game yang populer diadakan saat malam hari di musim panas~ yang terkenal dari zaman Edo hingga kini. Orang-orang berkumpul menyatakan 100 batang lilin, lalu mereka menceritakan kisah tentang hantu secara bergiliran. Setiap kali satu cerita seram selesai disampaikan sebatang lilin pun dipadamkan. Begitu seterusnya hingga selesai 100 cerita dan tak ada satu batang lilin pun yang menyala. Ketika ruangan menadi gelap hantu pun akan bermunculan!
Pada tahun 1780 seorang mahasiswa yang sekaligus seniman, Toriyama Seiken, memulai sebuah penelitian tentang hantu dan mahluk-mahluk tersebut tidak bisa dihitung dengan pasti. Mulai tahun 1781 beliau berhasil membuat 4 volume buku berilustrasi yang populer dimasanya, yaitu The Hundred Demon’s Night Parade (1781), Gazu Hyakki Tsurezure bukuro dan 2 volume lanjutan (1784). Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat lebih dari 500 jenis hantu di Jepng dan dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu Obake dan Oni
Obake atau bakemono secara harfiah berarti benda-benda yang bisa berubah atau menjelma (bakeru=menjelma). Obake dibagi menjadi 2, Yuurei dan Youkai. Yuurei adalah roh yang masih berjalan-jalan karena dulunya meninggal dalam keadaaan masih diliputi oleh emosi yang sangat kuat, seperti cemburu atau patah hati, atau karena tidak mendapatkan upacara pemakaman yang layak. Mereka digambarkan memakai pakaian pemakaman ala zaman Edo, kimono putih (katabira) dan ikat kepala segitiga (hitaikakushi). Biasanya yuurei muncul sekitar pukul 2-3 dini hari, melayang-layang memohon pada siapa saja untuk membalaskan dendamnya. Kisah tentang yuurei sering diangkat dalam drama Noh dan Kabuki. Yang paling terkenal adalah kisah Bancho Sarayashiki dan Tokaido Yotsuya Kaidan.
Hati-hati kalau ke toilet (kamar mandi) sekolah, apalagi untuk para cewek yang nekat pergi sendiri. Dari toilet (kamar mandi) sebelah kalian yang kosong, bisa saja tiba-tiba terdengar suara guyuran air atau suara anak perempuan yang sedang bernyanyi-nyanyi kecil. Kalau hal ini terjadi, berarti toire no Hanako sedang mengadakan show (Wouw… hantu aja ngadain show… jangan-jangan matinya gara-gara ingin jadi penyayi^^ ichich…). Segera keluar dari toilet, kalau tidak kalia tidak akan bisa keluar dan seterusnya akan menemani si Hanako yang kesepian, Hiiy… takuc…
Sebenarnya di sekitar rumah kita juga ada, lho… Coba cek ruangan belakang kalian, mungkin disana tingga zashiki warashi. Zashiki warashi adalah obake berwujud anak laki-laki meskipun dia kadang-kadang nakal dan suka mengisengi penghuni rumah, ia tidak berbahaya, bahkan pembawa keberuntungan dalam rumah yang ditinggalinya. Maka bersikap manislah kepadanya, soalnya jika ia pergi, keberuntungan rumah kalian pun akan ikut pergi juga.
Anggota obake yang lain adalah Youkai berarti siluman atau semacam monster. Biasanya, youkai keluar ketika hari mulai gelap hingga dini hari. Contoh dari mereka adalah yama uba, tengu, kappa dan yuki-onna. Untuk kalian yang berpiknik di daerah pegunungan, Waspadalah! Mungkin tengu dan yama uba sedang mengintai di balik pepohonan tepat di belakang kalian.
Tengu adalah siluman yang tinggal di gunung yang memiliki wajah berwarna merah, hidung yang sangat panjang dan sayap di punggungnya. Dia sering mengganggu manusia, seperti menculik anak kecil atau tertawa terbahak-bahak pada malam hari. Meskipun begitu, tengu memberi keberuntungan pada para penebang kayu dan menjaga kuil Buddha.
Yama uba adalah sesosok wanita tua yang sangat tua yang memiliki rambut putih yang sangat panjang dan mulut lebar hingga ke telinganya. Jika ada seseorang tersesat di dalam gunung, yama uba akan mengundangnya untuk makan malam. Ketika sang korban sudah tertidur, dia akan segera mengasah kapaknya, dan…!!! Sebelum hal itu terjadi, berhati-hatilah karena dia bukanlah oma-oma yang ramah.
Youkai yang paling populer adalah Kappa dan Yuki-Onna (Wanita Salju). Kappa mahluk ini adalah mahluk amfibi yang bisa tinggal di darat dan di perairan, tingginya biasanya sama dengan anak usia 4 atau 5 tahun, dengan paruh sebagai mulut lalu tangan dan kaki yang memiliki selaput seperti bebek. Punggung Kappa biasanya berbentuk seperti tempurung kura-kura, dan kepalanya biasanya memiliki semacam mangkuk yang berisi air. Selama mangkuk ini berisi air, maka kemampuan sihir kappa akan tetap ada. Jika air di piring itu kering, maka kappa akan mati. Kappa sangat mencintai mentimun dan pertunjukan sumo. Maka dikatakan, supaya bisa lari dari Kappa, maka orang harus membuang mentimun, sehingga Kappa tadi akan teralihkan perhatiannya, atau menipu kappa supaya menunduk dan air dikepalanya tumpah. Kappa terkenal akan kemampuannya untuk menarik orang kedalam air dan menarik nyawa mereka melalui lubang anus. (kok jorok banget seeeh…?)
Sedangkan Yuki-Onna atau wanita salju digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkimono putih yang muncul ketika malam badai salju. Ia membuat orang tersesat, dan karena tersesat dalam badai salju, seringkali korbannya akan ditemukan meninggal dalam keadaan beku. Nafasnya yang sedingn es membuat sang korban membeku seketika. Dengan sekali hembus, whuzzz… sang korban pun berubah menjadi es balok…!!! (hihihi…^^ lucu yCh…)
Di luar Youkai yang menyeramkan dan berbahaya. Ada Ula Youkai yang tidak berbahaya. Contohnya, kasa obake (hantu payung) dan hantu lentera. Bentuknya sangat familiar, karena sering ditampakkan di komik-komik atau film kartun dengan bentuk yang lucu-lucu. Namun, selucu-lucunya mereka, tetap saja mereka adalah hantu. ^_^
Masih banyak jenis yokai lain, seperti nekomata (siluman kucing berekor dua), kyuubi (rubah berekor sembilan), rokurokubi (siluman wanita berleher panjang), dan lain-lain.
Rokurokubi siluman wanita dengan leher yang luar biasa panjang dan lentur. Pada siang hari, mereka tampak seperti manusia biasa, tapi begitu matahari terbenam, leher mereka dapat memanjang untuk mengintai orang. Terkadang untuk menakuti orang, mereka mengubah wajahnya menjadi sangat buruk.
Oni, hantu yang jenisnya lain dengan obake, bisa diartikan sebagai setan. Mahluk yang satu ini berbadan raksasa, bertanduk dan biasanya digambarkan membawa gada besi besar (kanabou). Mereka biasanya digambarkan sebagai para penjaga neraka ala Buddhis Jepang. Secara fisik, mereka raksasa, tapi biasa digambarkan sebagai mahluk bodoh, jahat dan bersifat jelek. Ingat ceriat Momotaro? Di cerita itu, Momotaro bertarung melawan segerombolan oni yang sering mengganggu warga kampung. Di Jepang setiap tanggal 3 Februari, ada upacara melempar kacang. Kacang yang melambangkan kemakmuran, dilempar keluar dari rumah dengan meneriakan “Fuku wa uchi, oni wa soto” (nasib baik datang, oni pergi). Upacara ini untuk mengusir nasib buruk dari rumah dan mendatangkan keberuntungan.
Jumlah hantu-hantu ini dikabarkan terus bertambah. Bayangkan saja, kalau pada jaman Edo jumlah mereka sudah mencapai 500 biji, berapa jumlah mereka sekarang? Hmmm… jangan-jangan salah satu dari mereka sedang berdiri di belakang kalian…???



Jorougumo
Jorougumo : A spider woman.

Nama lain : Rakushinpu (Entwining Bride), Madara-gumo (Spotted Spider)
Jorougumo adalah youkai laba-laba betina yang bisa berubah wujud menjadi wanita yang amat cantik jelita. Konon setelah mencapai usia 400 tahun laba-laba betina akan berubah menjadi Jorougumo. Ia memanggil mangsa yang tentu saja laki-laki dengan alunan biwa yang dipetiknya. Laki-laki tersebut akan terhipnotis dengan suara biwa dan akhirnya menjadi santapan Jorougumo.



Jubokko
Jubokko : A vampire tree.

Sebuah pohon raksasa yang muncul dalam ensiklopedia setan sang kartunis Shigeru Mizuki. Mizuki menggambarkan bahwa pohon ini tumbuh di sisa-sisa medan pertempuran dimana banyak orang yang telah meninggal. Pohon ini menghisap darah dari tumpukan mayat prajurit yang mati di medan perang, setelah bertahun-tahun pohon ini berubah menjadi mahluk yang disebut Jubokko. Selain itu, pohon ini pun menghisap darah dari setiap mahluk hidup seperti hewan dan manusia yang berhasil ditangkapnya tanpa disadari oleh korbannya.
Peneliti-peneliti setan/makhluk halus Kyogoku Natsuhiko, Tada Katsumi, dan laporan Kenji Murakami. Namun, bahwa mereka tidak dapat menemukan jejak tanaman vampir ini dalam catatan cerita rakyat, sastra lama, atau benar-benar dari sumber manapun yang ada sebelum jaman Mizuki. Mereka menduga ini adalah penemuannya, tapi rupanya Mizuki suka merahasiakan sumbernya.



Kappa (Anak Sungai)
Kappa : A famous water monster with a water-filled head and a love of cucumbers.

Kappa (Kappa “anak sungai”), dipanggil juga Gatarou (Gatarou “anak sungai”) atau Kawako (Kawako “anak sungai”), adalah makhluk legenda; suatu jenis peri air yang ditemukan dalam cerita rakyat Jepang. Meski demikian mereka juga dianggap sebagai bagian dari cryptozoology, yang disebabkan oleh beberapa penampakan. Dalam aliran Shinto mereka dianggap sebagai satu dari banyak suijin (literally “dewa air”).
Kappa adalah makhluk supranatural yang hidup di darat dan air. Kebanyakan gambaran memperlihatkan kappa sebagai humanoid seukuran anak usia 4-5 tahun, meskipun tubuh mereka lebih menyerupai monyet atau kodok daripada manusia. Beberapa keterangan menyatakan wajah mereka seperti kera, sementara yang lain memperlihatkan mereka dengan paras memiliki mulut seperti paruh yang lebih mirip kura-kura atau bebek. Gambar-gambar biasanya menampilkan kappa dengan cangkan yang tebal dipunggungnya dan kulit bersisik dengan warna antara hijau ke kuning atau biru. Selain itu, Kappa memiliki sirip pada tangan dan kaki mereka. Kappa memiliki piringan air dikepala mereka. Selama air memenuhi piringan dikepalanya, kekuatan supranaturalnya akan tetap ada. Jika air di piring itu kering atau tumpah, maka kappa akan mati. Kappa sangat suka mentimun dan pertunjukan sumo. Maka dikatakan, supaya bisa lari dari Kappa, orang harus membuang mentimun, sehingga Kappa tadi akan teralihkan perhatiannya, atau menipu kappa supaya menunduk dan air dikepalanya tumpah.
Kappa menempati kolam-kolam dan sungai–sungai Jepang dan memiliki beragam tampilan untuk menolong mereka di lingkungan ini, seperti tangan dan kaki yang berselaput. Mereka kadang-kadang juga disebut memiliki bau seperti ikan, dan mereka dapat berenang seperti ikan. kappa juga perenang yang handal. Ungkapan “Kappa-no-kawa-nagare” (”seperti seekor Kappa yang tenggelam di dalam sungai”) menyampaikan maksud bahwa siapa’pun, bahkan dia ahlinya, pasti akan berbuat kesalahan juga.
Sesuatu yang paling dapat dicatat dari Kappa, meski demikian, adalah lekuk berisi air di atas kepala mereka. Rongga-rongga ini dikelilingi oleh rambut tipis, dan potongan rambut jenis ini dinamai okappa-atama dari makhluk-nakhluk ini. Kappa mendapatkan kekuatan mereka yang luar biasa dari lubang-lubang berisi cairan ini, dan mereka yang berhadapan dengannya dapat memanfaatkan kelemahan ini dengan membuat Kappa menumpahkan air tersebut dari kepala mereka. Kappa memiliki rasa etika yang dalam, jadi sebuah metode yang dipercaya untuk menarik perhatian, untuk sebuah Kappa tidak dapat lagi selain membalas dengan bungkukan yang dalam, meski ini mengakibatkan hilangnya kepala-air dalam prosesnya. Ketika habis, Kappa melemah dan mungkin mati. Cerita lain mengatakan bahwa air ini memungkinkan Kappa untuk bergerak di darat, dan ketika kosong, makhluk ini tidak dapat bergerak. Anak-anak keras kepala didorong untuk mengikuti kebiasaan membungkuk hingga ke tanah yang merupakan pertahanan dalam melawan Kappa.
Kappa adalah pembuat masalah yang nakal. Ejekan mereka mulai dari yang secara relative tidak berbahaya, seperti kentut dengan keras atau memperhatikan kimono perempuan, hingga yang lebih berbahaya, seperti mencuri tanaman, menculik anak-anak, atau memperkosa perempuan. Faktanya, anak-anak kecil adalah salah satu makanan favorit Kappa yang rakus, meski mereka juga akan memakan yang dewasa juga. Mereka memakan korban-korban malang ini dengan menyedot keluar shirikodama (usus, darah, liver, atau daya hidup/nyawa bergantung pada legendanya) melalui anus. Bahkan sekarang, tanda-tanda bahaya tentang Kappa yang muncul dengan tubuh air di beberapa kota dan desa Jepang. Kappa juga disebutkan takut akan api, dan beberapa desa menyelenggarakan festival kembang api setiap tahun untuk menakuti roh-roh ini.
Kappa tidak sepenuhnya antagonis bagi manusia, bagaimanapun juga. Mereka penasaran dengan peradaban manusia, dan mereka bias mengerti dan berbicara bahasa Jepang. Mereka kadang menantang siapa saja yang ditemuinya dalam beragam keahlian, seperti shogi atau gulat sumo. Mereka juga mungkin bersahabat dengan manusia sebagai pertukaran atas hadiah-hadiah dan penawaran-penawaran, terutama mentimun, makanan yang dikethui kappa dapat menikmatinya lebih dari anak-anak manusia. Orangtua masyarakat Jepang kadang menulis nama anak-anak mereka (atau mereka sendiri) pada mentimu dan melemparkannya ke perairan yang didalamnya terdapat Kappa dalam rangka membujuk mereka dan mengizinkan keluarganya untuk mandi. Bahkan ada sejenis sushi gulung isi mentimun yang dinaman Kappa, “Kappamaki”.
Sekali bersahabat, Kappa diketahui melakukan beragam pekerjaan untuk manusia, seperti membantu petani mengairi sawahnya. Mereka juga memiliki pengetahuan dalam bidang pengobatan, dan legenda menyatakan bahwa mereka mengajarkan seni mengembalikan tulang ke posisinya pada manusia. Karena beberapa aspek kebaikan hati ini, beberapa kuil didirikan untuk memuja khususnya Kappa yang suka menolong. Kappa juga bisa ditipu untuk menolong orang. Dengan rasa sopan yang kuat tidak menizinkan mereka untuk melanggar sumpah, sebagai contoh, jika seorang manusia mampu menipu kappa hingga berjanji untuk menolongnya, Kappa tidak memiliki pilihan kecuali mengikutinya.



Kirin
Kirin : The Qilin of China, part dragon and part hoofed mammal,

sometimes called the “Chinese unicorn”.

Kirin adalah kuda dewa bertanduk satu, kalau di barat di sebut unicorn. Kirin dikenal di china, jepang dan Indonesia. Di arab dan afrika, disebut karkadan. Orang-orang wilayah timur mengaggapnya lebih mirip dengan kambing di bandingkan kuda. Tapi semuannya adalah binatang sakti tunggangan para dewa.
Kirin sangat menhormati mahluk hidup. Dia tidak pernah membunuh seekor serangga pun dan tidak pernah menginjak rumput hidup. Kalau tak cocok disebut dewa para manusia, ia pantas disebut dewa flora dan fauna.
Unicorn di negara-negara barat, agak beda dengan kirin. Dia sangat lemah terhadap wanita cantik. Sedangkan kirin lebih tegas dan berwibawa.



Kitsune
Kitsune : A supernatural fox.

Kitsune adalah sebutan untuk binatang rubah dalam bahasa Jepang. Dalam cerita rakyat Jepang, rubah sering ditampilkan dalam berbagai cerita sebagai makhluk cerdas dengan kemampuan sihirnya yang semakin sempurna sejalan dengan semakin bijak dan semakin tua rubah tersebut. Selain itu, rubah mampu berubah bentuk menjadi manusia. Dalam legenda, rubah sering diceritakan sebagai penjaga yang setia, teman, kekasih, atau istri, walaupun sering terdapat kisah rubah menipu manusia.
Di zaman Jepang kuno, rubah dan manusia hidup saling berdekatan sehingga legenda tentang Kitsune muncul dari persahabatan antara manusia dan rubah. Dalam kepercayaan Shinto, Kitsune disebut Inari yang bertugas sebagai pembawa pesan dari Kami. Semakin banyak ekor yang dimiliki Kitsune (Kitsune bisa memiliki sampai 9 ekor), maka semakin tua, semakin bijak, dan semakin kuat pula Kitsune tersebut. Sebagian orang memberi persembahan untuk Kitsune karena dianggap memiliki kekuatan gaib.
Asal-usul rubah berekor sembilan (huli jing) yang mirip dengan kitsune dalam cerita rakyat Tiongkok. Mitos kitsune sering menjadi bahan perdebatan, karena seluruhnya mungkin berasal dari sumber asing atau bisa juga merupakan konsep asli Jepang yang berkembang di abad ke-5 SM. Sebagian mitos tentang rubah di Jepang bisa ditelusur hingga ke cerita rakyat Tiongkok, Korea, atau India. Cerita paling tua tentang kitsune berasal dari Konjaku Monogatari yang berisi koleksi cerita Jepang, India, dan Tiongkok yang berasal dari abad ke-11. Cerita rakyat Tiongkok mengisahkan makhluk huli jing (arwah rubah) yang mirip kitsune dan bisa memiliki ekor hingga sembilan. Di Korea, makhluk yang disebut kumiho (rubah berekor sembilan) merupakan makhluk mistik yang telah berumur lebih dari seribu tahun. Rubah di Tiongkok dan Korea digambarkan berbeda dengan rubah di Jepang. Tidak seperti di Jepang, rubah kumiho di Korea selalu digambarkan sebagai makhluk jahat. Walaupun demikian, ilmuwan seperti Ugo A. Casal berpendapat bahwa persamaan dalam cerita tentang rubah menunjukkan bahwa mitos kitsune berasal dari kitab India seperti Hitopadesha yang menyebar ke Tiongkok dan Korea, hingga akhirnya sampai ke Jepang.
Sebaliknya, ahli cerita rakyat Jepang, Nozaki Kiyoshi, berargumentasi bahwa kitsune sudah dianggap sebagai sahabat orang Jepang sejak abad ke-4, dan unsur-unsur yang diimpor dari Tiongkok dan Korea hanyalah sifat-sifat jelek kitsune. Nozaki menyatakan bahwa dalam naskah Nihon Ryakki asal abad ke-16, terdapat cerita tentang rubah dan manusia yang hidup berdampingan di zaman kuno Jepang, sehingga menurut Nozaki merupakan latar belakang timbulnya legenda asli Jepang tentang kitsune. Peneliti Inari bernama Karen Smyers berpendapat bahwa ide rubah sebagai penggoda manusia, serta hubungan mitos rubah dengan agama Buddha diperkenalkan ke dalam cerita rakyat Jepang melalui cerita serupa asal Tiongkok, namun Smyers mengatakan beberapa cerita berisi unsur-unsur cerita yang khas Jepang.
Etimologi Rubah Hokkaido sedang tidur di atas salju. Di Jepang terdapat dua subspesies rubah merah: rubah Hokkaido (Vulpes vulpes schrencki), dan rubah merah Jepang (Vulpes vulpes japonica). Menurut Nozaki, kata “kitsune” berasal dari onomatope. Kata “kitsune” berasal dari suara salakan rubah yang menurut pendengaran orang Jepang berbunyi “kitsu”, sedangkan akhiran “ne” digunakan untuk menunjukkan rasa kasih sayang. Asal-usul kata kitsune juga digunakan Nozaki untuk menunjukkan bukti lebih lanjut bahwa kisah rubah baik hati dalam cerita rakyat Jepang adalah produk dalam negeri dan bukan kisah impor. Bunyi “kitsu” sebagai suara rubah menyalak sudah tidak dikenal orang di zaman sekarang. Dalam bahasa Jepang modern, suara rubah ditulis sebagai “kon kon” atau “gon gon”.
Asal-usul nama “Kitsune” dikisahkan dalam dongeng tertua yang hingga sekarang masih sering diceritakan orang, tapi mengandung penjelasan etimologi yang sekarang dianggap tidak benar. Berbeda dengan sebagian besar dongeng yang menceritakan Kitsune bisa berubah wujud menjadi wanita dan menikah dengan manusia, dongeng berikut ini tidak berakhir tragis:
Pria bernama Ono asal Mino (menurut legenda kuno Jepang tahun 545), menghabiskan musim demi musim berkhayal tentang wanita cantik yang sesuai dengan seleranya. Di suatu senja, Ono bertemu dengan wanita idealnya di padang rumput yang luas, dan mereka berdua akhirnya menikah. Bersamaan dengan kelahiran putra pertama mereka, anjing yang dipelihara Ono juga melahirkan. Anak anjing yang dilahirkan tumbuh sebagai anjing yang semakin hari semakin galak terhadap istri Ono. Permohonan sang istri untuk membunuh anjing galak tersebut ditolak Ono. Pada akhirnya di suatu hari, si anjing galak tersebut menyerang istri Ono dengan ganas. Istri Ono begitu ketakutan hingga berubah bentuk menjadi rubah, meloncat pagar dan kabur.
“Istriku, kau mungkin seekor rubah,” begitu Ono memanggil-manggil istrinya agar pulang, “tapi kau tetap ibu dari anakku dan aku cinta padamu. Pulanglah bila kau berkenan, aku selalu menunggumu.” Sang istri akhirnya pulang ke rumah di setiap senja, dan tidur di pelukan Ono.
Istilah “Kitsune” merupakan sebutan untuk siluman rubah yang pulang ke rumah suami sebagai wanita di senja hari, tapi pergi di pagi hari sebagai rubah. Dalam bahasa Jepang kuno, kata “Kitsu-ne” berarti “datang dan tidur”, sedangkan kata “Ki-tsune” berarti “selalu datang”.
Kitsune dipercaya memiliki kecerdasan super, kekuatan sihir, dan panjang umur. Sebagai sejenis youkai atau makhluk halus, “Kitsune” sering dijelaskan sebagai “Arwah Rubah” tapi bukan hantu, dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan rubah biasa. Semua rubah yang panjang umur juga dipercaya memiliki kemampuan supranatural.
Kitsune digolongkan menjadi dua kelompok besar. Kelompok zenko yang terdiri dari rubah baik hati yang bersifat kedewaan (sering disebut rubah Inari), dan kelompok rubah padang rumput (yako) yang suka mempermainkan manusia dan bahkan bersifat jahat. Tradisi berbagai daerah di Jepang juga masih mengelompokkan Kitsune lebih jauh lagi. Arwah rubah tak kasat mata yang disebut ninko misalnya, hanya bisa dilihat manusia yang sedang kerasukan ninko. Tradisi lain mengelompokkan kitsune ke dalam salah satu dari 13 jenis Kitsune berdasarkan kemampuan supranatural yang dimiliki.
Secara fisik, kitsune dipercaya bisa memiliki hingga 9 ekor. Jumlah ekor yang semakin banyak biasanya menunjukkan rubah yang makin tua tapi semakin kuat. Beberapa cerita rakyat bahkan mengatakan ekor rubah hanya tumbuh kalau rubah tersebut sudah berumur 1.000 tahun.
Dalam cerita rakyat, Kitsune sering digambarkan berekor satu, lima, tujuh, atau sembilan. Ketika Kitsune mendapatkan ekornya yang ke-9, bulu kitsune menjadi berwarna putih atau emas. Kitsune jenis ini disebut “Kyuubi no Kitsune” (Kitsune berekor sembilan) dan memiliki kemampuan untuk mendengar dan melihat segala peristiwa yang terjadi di dunia. Dongeng lain menggambarkan mereka sebagai makhluk super bijak dan serba tahu.
Kartu monster (obake karuta) dari awal abad ke-19 yang bergambar Kitsune.
Kitsune bisa berubah wujud menjadi manusia dan kemampuan ini baru didapat setelah Kitsune mencapai usia tertentu (biasanya 100 tahun), walaupun beberapa cerita mengatakan 50 tahun. Siluman rubah harus meletakkan sejenis tanaman alang-alang yang tumbuh di dekat air, daun yang lebar, atau tengkorak di atas kepalanya sebagai syarat perubahan wujud. Rubah bisa berubah wujud menjadi wanita cantik, anak perempuan, atau lelaki tua. Perubahan wujud ini tidak dibatasi umur atau jenis kelamin rubah, dan kitsune dapat menjadi kembaran dari sosok orang tertentu. Rubah sangat terkenal dengan kemampuan berubah wujud sebagai wanita cantik. Di abad pertengahan, orang Jepang percaya kalau ada wanita yang sedang berada sendirian di saat senja atau malam hari kemungkinan adalah seekor rubah.
Dalam beberapa cerita, Kitsune memiliki kesulitan dalam menyembunyikan ekornya ketika sedang menyamar menjadi manusia. Kitsune sering ketahuan sedang mencari-cari ekornya, mungkin kalau rubah sedang mabuk atau kurang hati-hati. Kelemahan ini bisa digunakan untuk memastikan manusia yang sedang dilihat adalah siluman Kitsune.
Berbagai variasi cerita mengisahkan kitsune sebagai makhluk yang masih mempertahankan ciri-ciri khas rubah, seperti tubuh yang bermantelkan bulu-bulu halus, bayangan siluman kitsune yang sama seperti bayangan rubah, atau siluman kitsune yang terlihat sebagai rubah ketika sedang berkaca. Istilah “kitsune-gao” (muka kitsune) digunakan di Jepang untuk menyebut wanita yang berwajah sempit, mata yang berdekatan, alis mata yang tipis, dan tulang pipi yang tinggi. Di zaman dulu, wanita bermuka kitsune-gao dianggap cantik, dan dipercaya sebagai rubah yang sedang berubah wujud sebagai wanita dalam beberapa dongeng. Kitsune takut dan sangat benci pada anjing, bahkan ketika sedang berubah wujud sebagai manusia. Sebagian Kitsune bahkan gemetaran kalau melihat anjing, kembali berubah wujud menjadi rubah dan lari pontang-panting. Orang yang taat dan berbakti kabarnya gampang mengenali siluman rubah.
Salah satu cerita rakyat mengisahkan ketidaksempurnaan perubahan wujud seekor Kitsune yang sedang menjadi manusia bernama Koan. Menurut cerita, Koan yang bijak dan memiliki kekuatan sihir sedang mau mandi di rumah salah seorang muridnya. Air mandi ternyata dimasak terlalu panas, dan kaki Koan melepuh ketika masuk ke bak mandi. “Koan yang sedang kesakitan, lari keluar dari kamar mandi telanjang. Orang-orang di rumah yang melihatnya terkejut. Sekujur badan Koan ternyata ditumbuhi bulu seperti mantel, berikut ekor dari seekor rubah. Koan lalu berubah wujud di hadapan murid-muridnya menjadi seekor rubah tua dan melarikan diri.”
Kemampuan supranatural lain yang dimiliki Kitsune, antara lain: mulut dan ekor yang bisa mengeluarkan api atau petir (dikenal sebagai Kitsune-bi yang secara harafiah berarti “api Kitsune”), membuat manusia kerasukan, memberi pesan di dalam mimpi orang agar melakukan sesuatu, terbang, tak kasat mata, dan menciptakan ilusi yang begitu mendetil hingga tidak bisa dibedakan dari kenyataan. Pada beberapa cerita, Kitsune bahkan memiliki kekuatan yang lebih besar lagi, sampai bisa mengubah ruang dan waktu, membuat orang menjadi marah, atau berubah menjadi bentuk-bentuk yang fantastis, seperti pohon yang sangat tinggi atau sebagai bulan kedua di langit. Kitsune lainnya memiliki ciri-ciri yang mengingatkan orang pada vampir atau succubus dan memangsa roh manusia, biasanya melalui kontak seks.



Kitsune-Tsuki
Kitsune-Tsuki : Fox possession.

Istilah Kitsune-Tsuki secara harafiah berarti kerasukan Kitsune. Korban biasanya wanita muda yang kemasukan Kitsune dari bagian kuku jari atau melalui bagian buah dada. Pada beberapa kasus, wajah korban konon berubah sedemikian rupa hingga menyerupai rubah. Menurut tradisi di Jepang, kalau orang Jepang yang buta huruf sedang kerasukan Kitsune, orang tersebut bisa melek huruf untuk sementara waktu.
Ahli cerita rakyat Lafcadio Hearn mengisahkan peristiwa kerasukan Kitsune dalam volume pertama buku karyanya Glimpses of Unfamiliar Japan.
Aneh memang kegilaan orang yang dirasuki iblis rubah. Kadang-kadang mereka berlarian telanjang sambil berteriak-teriak di jalanan. Kadang-kadang mereka tidur-tiduran dengan mulut berbuih dan menyalak seperti rubah. Dan di bagian tubuh orang yang kerasukan, terlihat benjolan yang bergerak-gerak di bawah kulit yang kelihatannya memiliki nyawa sendiri. Bila ditusuk dengan jarum, benjolan tersebut langsung berpindah ke tempat lain. Benjolan tidak bisa dicengkeram, lepas bila ditekan dengan tangan yang kuat dan lolos dari jari-jari. Orang yang sedang kerasukan kabarnya bisa berbicara dan menulis bahasa yang mereka tidak kuasai sebelum kerasukan. Mereka hanya memakan makanan yang dipercaya disenangi rubah, seperti tahu, aburagé, azukimeshi, dan lain-lain. Mereka juga makan banyak sekali dan membela diri bahwa yang sedang makan itu bukan mereka, tapi arwah rubah.
Lafcadio Hearn menambahkan bahwa orang yang sudah terbebas dari kerasukan kitsune bakal tidak doyan lagi makan tahu aburage, azukimeshi, atau makanan lain yang digemari rubah.
Upacara mengusir setan dilakukan di kuil-kuil Inari untuk membujuk kitsune agar mau keluar dari tubuh orang yang sedang dimasukinya. Di zaman dulu, kalau usaha lemah lembut membujuk rubah tidak berhasil atau pendeta kebetulan tidak ada, korban Kitsune-Tsuki dipukuli atau dibakar sampai terluka parah agar Kitsune mau keluar. Kalau ada seorang anggota keluarga yang kerasukan, seluruh anggota keluarga korban diasingkan oleh masyarakat.
Di Jepang, kerasukan Kitsune (Kitsune-Tsuki) sudah dianggap sebagai penyakit sejak zaman Heian dan merupakan diagnosis umum untuk gejala penyakit mental hingga di awal abad ke-20. Kerasukan digunakan sebagai penjelasan kelakuan abnormal dari penderita. Di akhir abad ke-19, Dr. Shunichi Shimamura mencatat beberapa gejala penyakit yang disebabkan demam sering dianggap sebagai Kitsune-Tsuki.
Dalam istilah kedokteran, kerasukan Kitsune merupakan gejala penyakit mental yang khas dalam kebudayaan Jepang. Pasien percaya dirinya sedang dirasuki rubah. Gejala kerasukan Kitsune di antaranya selalu ingin makan nasi atau kacang azuki, bengong, gelisah, dan menghindari tatapan mata orang lain. Penyakit kerasukan Kitsune mirip tapi berbeda jauh dari lycanthropy (manusia serigala).



Kuchisake-Onna (Wanita Bermulut Robek)
Kuchisake-Onna : The slit-mouthed woman.
Data Diri Kuchisake-Onna :
Jenis kelamin : Wanita.
T/B Badan : Selayaknya wanita biasa pada umumnya.
Ciri-ciri : Rambut panjang, makai masker bedah operasi, taring di mulut yang dekat di telinga jumlah gigi sekitar 130 buah.
Kelemahan : Aroma pomade rambut.
Penangkal : Permen Bekko-Ame (permen keras berwarna kuning tua).
Habitat : Perkotaan dan komplek perumahan di Japan.

Kuchisake-Onna (Wanita Bermulut Robek) adalah sejenis siluman dalam mitologi dan legenda urban Jepang. Ia berwujud seorang wanita yang memiliki ciri-ciri fisik berambut panjang, taring di mulut yang dekat di telinga jumlah gigi sekitar 130 buah, dan menutup mulutnya yang robek dengan menggunakan kipas, syal atau masker bedah operasi (versi yang paling populer).
Memakai masker bedah di Jepang untuk aktivitas sehari-sehari merupakan kebiasaan yangg umum, terutama saat musim dingin atau ketika sakit flu. karenannya, Kuchisake-Onna bisa dengan mudah masuk ke gerombolan orang tanpa perlu dicurigai. Ia sering muncul di jalan-jalan yang sepi, saat bertemu dengan korbannya, ia akan menanyakan “Watashi Kirei?” (Apakah Saya Cantik?) jika sang korban menjawab “ya”, ia akan membuka maskernya sambil berkata “Walaupun wajahku seperti ini?”. jika sang korban panik Kuchisake-Onna akan langsung membunuhnya. begitu pula jika kamu menjwab tidak, ia akan marah dan langsung melayangkan belatinya.
Dalam legenda, Kuchisake-Onna tadinya adalah seorang wanita muda yang hidup pada Zaman Heian. Kemungkinan ia adalah seorang istri atau selir samurai. Ia dikaruniai wajah yang sangat cantik namun sombong, ia juga sering berselingkuh di belakang suaminya. Suaminya merasa sangat cemburu dan dikhianati, lalu suaminya menyerangnya dan membelah mulutnya dari kuping ke kuping. “Sekarang siapa yang akan berkata kau cantik?” ejek suaminya.
Sementara dalam versi legenda urban, Kuchisake-Onna adalah seorang wanita korban operasi wajah yang gagal. Konon katanya, dokter yang mengoperasi wajahnya memakai pomade (jenis minyak rambut) dengan bau yang menusuk. Ketika sedang dioperasi ia tidak bisa tenang karena bau itu sehingga si dokter secara tidak sengaja memotong mulutnya hingga robek. Wanita itu menjadi histeris dan marah lalu membunuh dokter itu. Belakangan ia dibunuh oleh para penduduk kota dan ia pun menjadi hantu penasaran. Ada beberapa versi lain mengenai asal-usulnya namun kurang populer, misalnya:
Korban kecelakaan lalu-lintas yang wajahnya rusak.
Seorang wanita yang mengalami gangguan kejiwaan sehingga merobek mulutnya sendiri dengan benda tajam.
Seorang wanita korban pemerkosaan yang mulutnya dirobek oleh si pemerkosanya atau ia sendiri yang melakukannya setelah menjadi gila karena perkosaan itu.
Seorang wanita yang leluhurnya memperoleh uang haram dengan menyembah siluman anjing sehingga anak cucunya dikutuk bermulut robek dan bila mati akan menjadi siluman.

Kuchisake-Onna menutupi mulutnya yang robek dengan masker operasi dan sering bergentayangan di kota pada waktu malam, terutama ketika sedang berkabut. Bila bertemu seseorang, terutama anak-anak atau mahasiswa di jalan yang sepi, ia akan bertanya, “Watashi Kirei?” (Apakah Saya Cantik?). Bila orang itu menjawab “ya”, ia akan membuka maskernya dan bertanya lagi, “Walaupun wajahku seperti ini?”. Pada saat itu, bila si korban yang biasanya terkejut dan takut menjawab tidak, ia akan membunuhnya dengan gunting, golok, sabit, atau senjata tajam lainnya. Bila si korban tetap menjawab ya dan tidak terlihat panik atau pun ketekutan setelah melihat wajahnya di balik masker, ia akan gembira dan membebaskannya, namun ada juga yang mengatakan walaupun korban melakukan itu, Kuchisake-Onna akan mengikutinya sampai ke rumah. Setelah sampai di rumahnya, baru ia akan membunuhnya di depan pintu rumah si korban. Bila korbannya wanita, Kuchisake-Onna akan merobek mulutnya hingga serupa dengannya. Bila korbannya laki-laki, Kuchisake-Onna akan langsung membunuhnya, dan bila korbannya anak-anak, ia akan memakannya.
Legenda urban yang populer pada tahun 70’an mengatakan bahwa korban akan selamat bila ia menjawab “biasa saja”. Sementara versi tahun 2000an mengatakan bahwa korban akan selamat bila menjawab, “begitulah” atau bertanya balik pada Kuchisake-Onna dengan pertanyaan yang serupa. sehingga Kuchisake-Onna bingung dan berpikir dulu apa yang akan ia lakukan, saat sedang bingung itulah korban mempunyai kesempatan untuk kabur. Cara lain untuk lolos dari Kuchisake-Onna adalah dengan menawarkannya permen Bekko-Ame (permen keras berwarna kuning tua) karena ia menyukainya namun tidak bisa menikmatinya sehingga mengingatkannya lagi pada penderitaannya. Selain itu bisa juga dengan mengucapkan “pomade” sebanyak tiga kali, ada yang menyebutkan enam kali. Ucapan itu akan membuatnya takut dan kabur karena mengingatkannya kembali pada ahli bedah yang merusak wajahnya. Korban juga bisa memakai pomade untuk mencegahnya mengikutinya.
Jika bertemu dengan Kuchisake-Onna, jangan panik dan jangan berlari. Konon Kuchisake-Onna mempunyai kecepatan lari 100 yard/detik, melebihi kecepatan atlet olimpiade. Bahkan yang kabur dengan menggunakan kendaraan motor pun dapat ia kejar.



Mizuchi
Mizuchi : A dangerous water-dragon.

Mizuchi adalah salah satu dewa air. Dalam mitologi jepang, izanami melahirkannya sebelum mati. Wujud yang ia lahirkan awalnya seperti ular, tapi lama kelamaan jadi mirip naga. Konon di dasar sungai ada istana naga yang menjadi tempat tinggal Mizuchi ini.



Nue
Nue (Nightmare Chimera) : A monkey-headed, raccoon dog-bodied, tiger-legged, snake-tailed monster which plagued the emperor with nightmares in the Heike Monogatari.

Makhluk misterius ini biasanya digambarkan memiliki kepala monyet, tubuh seorang anjing rakun, tangan dan kakinya dari harimau, dan memiliki ekor ular. Nue memiliki kemampuan dapat membuat mimpi buruk pada setiap orang yang diganggunya, sehingga orang tersebut merasa tidak nyaman dengan mimpinya itu, hal ini dapat mengakibatkan orang tersebut menjadi sakit.
Kisah yang paling terkenal yang melibatkan Nue terjadi pada tahun 1153, di istana kekaisaran di Kyoto. Kaisar Konoe mulai mengalami mimpi buruk yang mengerikan setiap malam, sampai-sampai ia jatuh sakit, dan tampaknya bahwa sumbernya itu adalah awan gelap yang muncul di atap istana setiap malam pada pukul dua pagi. Masalah ini akhirnya diselesaikan oleh Yorimasu Minamoto, yang keluar ke atap pada suatu malam dan menembakkan anak panah ke dalam awan gelap itu, dan jatuhlah Nue yang sudah mati. Yorimasu kemudian mengambil tubuh Nue dan menenggelamkannya ke Laut Jepang.
Sebuah sekuel cerita, di mana suatu mayat Nue mengapung di suatu teluk dan ditemukan oleh penduduk setempat, karena takut akan kutukan, kemudian menguburkannya. Di gundukan dimana terletak binatang masih dapat dilihat sekarang.
Lokasi kemunculan Nue :



Nurarihyon
Nurarihyon : A strange character who sneaks into houses on busy evenings.

Youkai lain yang ditemukan di periode Edo, Nurarihyon. Digambarkan di sini sebagai laki-laki tua berpakaian baik dengan kepala botak yang panjang. Legenda Prefektur Okayama kuno menggambarkan Nurarihyon sebagai makhluk laut yang ditemukan di Pedalaman Laut Seto, sering terlihat terombang-ambing di sekitar permukaan air seperti beberapa jenis ubur-ubur raksasa atau gurita. Nurarihyon menghindari penangkapan dengan menyelam di dalam air, ketika orang mendekatinya untuk menyelidiki.

Pada zaman Edo, Nurarihyon kemudian dikenal sebagai laki-laki tua yang misterius dengan kemampuan luar biasa untuk menyelinap ke rumah-rumah para penduduk dan mengambil alih rumah tersebut. Ketika sebuah rumah penduduk dijumpai oleh Nurarihyon, dia terlihat duduk sambil minum teh, maka mereka tidak dapat mengusirnya keluar tapi memperlakukan dia sebagai kepala rumah tangga. Nurarihyon dikatakan sebagai sosok yang sangat dihormati di dunia Youkai.



Oni
Oni : The classic Japanese demon, an ogre-like creature which often has horns.

Oni, hantu yang jenisnya lain dengan obake, bisa diartikan sebagai setan atau iblis. Mahluk yang satu ini berbadan raksasa, warna tubuhnya merah, biru atau hitam. Oni juga memiliki tanduk dan biasanya digambarkan membawa gada besi besar (kanabou). Mereka biasanya digambarkan sebagai para penjaga neraka ala Buddhis Jepang. Secara fisik, mereka raksasa, tapi biasa digambarkan sebagai mahluk bodoh, jahat dan bersifat jelek. Mereka dikenal sebagai penjaga gerbang neraka Buddha.
Mereka juga biasa muncul dalam cerita rakyat jepang seperti Momotaro, Isshun-Boshi, dan lain-lain. Ingat ceriat Momotaro? Di cerita itu, Momotaro bertarung melawan segerombolan oni yang sering mengganggu warga kampung. Di Jepang setiap tanggal 3 Februari, biasanya orang jepang melakukan ritual pengusiran iblis, yaitu upacara melempar kacang. Kacang yang melambangkan kemakmuran, dilempar keluar dari rumah dengan meneriakan “Fuku wa uchi, oni wa soto” (nasib baik datang, oni pergi). Upacara ini untuk mengusir nasib buruk dari rumah dan mendatangkan keberuntungan.



Onryou
Onryou : A vengeful ghost.

Onryou adalah hantu yang menaruh dendam kepada orang lain pada semasa hidupnya dan biasanya setelah meninggal ia akan gentayangan untuk membalas dendam kepada orang-orang tersebut. Penampakan Onryou biasanya digambarkan sebagai berikut :
1. Rambut panjang terurai.
2. Memakai kimono putih.
3. Pergelangan tangan menjuntai ke bawah.
4. Biasanya kaki tak tampak menginjak tanah.




Rokurokubi (Wanita Berleher Panjang)
Rokurokubi : A person, usually female, whose neck can stretch indefinitely.

Mahluk wanita dengan leher yang panjang dan fleksibel. Mereka akan terlihat seperti manusia biasa pada siang hari, tapi ketika malam, mereka melepas lehernya untuk menakuti atau memata-matai manusia. Terkadang, mereka juga mengganti wajah manusia mereka dengan wajah setan.




Tanuki
Tanuki : A shapeshifting raccoon dog.

Tanuki adalah sebutan untuk binatang anjing rakun dalam bahasa Jepang. Sebutan “Tanuki” digunakan untuk dua subspesies anjing rakun (Nyctereutes procyonoides): N. p. viverrinus (anjing rakun biasa) dan N. p. albus (anjing rakun putih asal Hokkaido).
Tanuki digambarkan dalam cerita rakyat Jepang sebagai makhluk yang nakal, kocak, riang gembira, serta pandai menyamar dan berubah bentuk. Cerita rakyat berjudul Periuk Bunbuku dan Gunung Kachi-kachi menampilkan Tanuki sebagai tokoh utama.
Penggambaran Tanuki dengan skrotum yang sangat besar berasal dari penggunaan kulit Tanuki dalam kerajinan emas untuk melebarkan lembaran emas. Bentuk anatomi yang khas tersebut menjadikan Tanuki populer sebagai lagu anak-anak yang secara eksplisit menyebut bagian tubuh sebelah bawah milik Tanuki.
Walaupun sudah dikenal sejak dulu dan sering muncul dalam cerita rakyat, sebagian orang di Jepang masih tidak bisa membedakan Tanuki (anjing rakun) dengan binatang lain. Tanuki sering disebut Mujina atau Mami yang sebenarnya merupakan nama untuk hewan spesies Meles meles (Eurasian badger). Di desa-desa sekitar wilayah Kanto, penduduk setempat menyebut anjing rakun sebagai Mujina. Di sebagian wilayah Prefektur Tochigi, Tanuki disebut Mujina, dan sebaliknya Mujina (Meles meles) disebut Tanuki.
Penggambaran Tanuki sebagai makhluk yang kocak baru dilakukan di zaman Edo. Tanuki digambarkan berperut gendut, memiliki skrotum yang sangat besar hingga bisa dipakai memukul-mukul perutnya sendiri. Tanuki yang muncul dalam cerita rakyat di zaman Kamakura dan zaman Muromachi justru digambarkan sebagai hantu menakutkan yang kadang-kadang suka makan orang.
Dalam cerita Gunung Kachi-kachi (Kachi-kachi Yama) yang diambil dari kumpulan cerita pendek Otogizoushi di zaman Muromachi, Tanuki digambarkan sebagai makhluk jahat. Tanuki tega membohongi seorang nenek dan membunuhnya untuk dibuat sup. Setelah itu, Tanuki menyamar sebagai si nenek dan berhasil menipu si kakek untuk memakan sup berisi daging si nenek.
Dalam cerita Periuk Bunbuku (Bunbuku Chagama), Tanuki digambarkan ingin membalas budi seorang petani yang telah menolongnya. Agar petani bisa mendapat uang, Tanuki menyamar menjadi periuk untuk merebus air sewaktu membuat teh (chagama). Periuk ini dijual kepada pendeta di sebuah kuil, tapi ketika api mulai dinyalakan di bawah periuk yang dipakai untuk memasak air, kaki dan kepala keluar dari periuk dan Tanuki lari kesakitan.
Hubungan Tanuki dengan kerajinan emas mengubah Tanuki sebagai lambang pembawa keberuntungan, dan lahir tradisi memasang patung keramik Tanuki di halaman rumah. Di depan rumah minum atau rumah makan yang menghidangkan mie sering dipajang patung keramik Tanuki.
Kota Shigaraki Prefektur Shiga memiliki kerajinan keramik yang disebut Shigaraki-yaki. Di antara produksinya yang terkenal adalah patung keramik berbentuk Tanuki yang memakai topi dan sedang memegang botol sake.



Tengu
Tengu : The infamous bird-man demon of the mountains.

Tengu adalah makhluk dalam legenda Jepang. Salah satu Kami penunggu gunung, atau youkai yang erat hubungannya dengan burung elang atau gagak. Pakaiannya mirip dengan pakaian pendeta yamabushi yang menempa diri di hutan dan gunung. Tengu memiliki hidung yang panjang, wajahnya merah, memiliki sepasang sayap, serta kuku kaki dan tangan yang sangat panjang. Tengu bisa terbang bebas di angkasa sambil membawa tongkat yang disebut kongouzue, pedang besar (tachi), dan kipas berbentuk daun (hauchiwa). Pekerjaannya menghalangi orang yang ingin mendalami agama Buddha. Nama lainnya adalah Gehou-sama (tuan sihir).
Dalam bahasa Jepang dikenal ungkapan “Tengu ni naru” yang berarti “sangat bangga dengan diri sendiri”. Ungkapan ini kemungkinan berasal dari ungkapan “hana ga takai” (hidungnya tinggi).

Tengu berhidung panjang seperti dikenal orang zaman sekarang merupakan hasil penggambaran orang pada abad pertengahan. Dalam cerita Konjaku Monogatari-shuu, Tengu digambarkan bisa berlari di udara, dan sebagai hantu berbentuk burung rajawali yang membuat orang kerasukan. Penggambaran tersebut diperkirakan mengambil model dari hantu Temma dalam konsep agama Buddha yang digambarkan berbadan manusia dan memiliki sepasang sayap.
Model awal Tengu kemungkinan berubah pada paruh pertama zaman Muromachi. Dalam kumpulan cerita rakyat Otogizoushi terdapat cerita Tengu no Dairi (Istana Tengu) yang tokoh utamanya bernama Kurama Tengu. Selain itu, Ushiwakamaru dikabarkan menerima pelajaran seni pedang dari Tengu di Kuil Kurama. Dalam Hikayat Heike, Tengu digambarkan seperti “Manusia tapi tidak seperti manusia, burung tapi tidak seperti burung, anjing tapi tidak seperti anjing, tangan dan kakinya seperti tangan dan kaki manusia, wajahnya seperti anjing, memiliki sayap di kanan kiri, dan bisa terbang.”





MYTH ¦:

Yuki-Onna (Wanita Salju)
Yuki-Onna : The snow woman.

Yuki-Onna (Wanita Salju) adalah kisah hantu saju yang meiliki wajah yang amat cantik, berkulit putih, berambut gelap panjang terurai, tapi memiiki tatapan mata yang dingin laksana salju. Dalam cerita jepang, Yuki-Onna membuat para pendaki gunung tersesat dalam badai sehingga mereka mati membeku. Terkadang dia juga membekukan laki-laki yang disukainya dengan baik, katanya sih untuk dipersembahkan pada hantu gunung yang merupakan tuan dari Yuki-Onna ini. Kisah Yuki-Onna (Wanita Salju) merupakan salah satu kisah hantu klasik dengan latar belakang kehidupan di-Jepang, yang sudah sering diangkat dalam bentuk opera, bahkan pernah dibuat dalam bentuk film klasik. Kisah hantu klasik tidak ditandai dengan adegan berdarah-darah, namun lebih merupakan cerita yang diisi tokoh manusia dan hantu yang melibatkan percintaan, kesedihan yang dalam dan tragedi.
Cerita dimulai dari dua orang penebang kayu bernama Mosaku dan Minokichi yang hidup di daerah provinsi Musashi (terletak di antara Tokyo dan Saitama), Mosaku adalah seorang pria yang berada di usia senja, sementara muridnya, Minokichi adalah seorang pemuda tegap berumur 18 tahun. Setiap hari mereka berangkat pagi-pagi sekali ke sebuah hutan yang jaraknya 5 mil dari desa mereka. Di antara desa mereka dan hutan yang dituju ada sebuah sungai besar yang beraliran deras. Begitu derasnya arus sungai tersebut sehingga tidak ada jembatan yang kuat menahan arus (jembatan yang ada selalu rusak akibat terjangan arus deras). Siapapun yang ingin menyebrangi sungai harus melewatinya dengan bantuan kapal penyebrang kecil.
Suatu hari Mosaku dan Minokichi sedang dalam perjalan pulang ke desa. Ketika itu cuaca begitu dingin dan mulai turun badai salju. Saat sampai di tepi sungai, mereka menemukan bahwa si pengayuh perahu yang biasanya menyebrangkan mereka telah pulang ke rumah dan meninggalkan perahunya karena cuaca buruk. Sadar bahwa mereka tidak mungkin menyebrangi sungai, mereka memutuskan untuk bermalam di pondok sementara si pengayuh perahu. Pondok itu benar-benar sederhana, hanya terdiri dari sebuah ruangan tanpa jendela yang berisi dua buah Tatami, tanpa perabotan apapun.
Mosaku dan Minokichi yang sudah lelah segera menutup pintu agar salju tidak masuk ke dalam pondok, lalu kemudian beristirahat. Mereka merasa cukup hangat dan nyaman sehingga Mosaku yang lanjut usia tak lama berbaring langsung tertidur pulas, sementara Minokichi yang masih muda termenung mendeangar suara angin yang menderu yang disertai arus sungai yang bertambah deras. Badai tidak mereda dan udara malah bertambah dingin, namun setelah bersusah payah akhirnya Minokichi tertidur juga. Entah telah berapa lama Minokichi tertidur, tiba-tiba Minokichi terbangun karena merasakan butir-butir salju yang lembut di wajahnya. Ternyata pintu pondok yang mereka diami telah terbuka dengan paksa.
Minokichi melihat seorang wanita dalam pondok, wanita yang putih seperti salju dan memancarkan cahaya seperti salju (Yuki-Akari) sedang membungkuk diatas Mosaku. Ia tengah meniupkan nafasnya yang dingin menyerupai asap putih kepada Mosaku. Minokichi benar-benar terkejut dan ketakutan, ia ingin menjerit namun tak ada sebuah suara pun yang keluar dari mulutnya. Saat itulah sang wanita misterius itu beradu pandang dengannya, ia mendekatkan wajahnya pada Minokichi. Dalam ketakutan yang amat sangat, Minokichi merasakan bahwa wanita yang berada di hadapannya adalah seorang wanita yang amat cantik, walaupun sorot matanya membuat tubuhnya gemetar dalam ketakutan. Minokichi hanya bisa terdiam tak dapat berkata apa-apa.
Wanita itu terus menatap Minokichi dan tiba-tiba tersenyum dan berkata, “aku ingin memperlakukanmu sama seperti orang lain, tapi aku kasihan padamu. Kau, masih muda, begitu tampan, Minokichi. Aku tidak akan menyakitimu tapi jika kau memberitahu siapapun termasuk ibumu tentang apa yang terjadi malam ini… maka aku akan membunuhmu! Ingat apa yang telah kukatakan ini.” Seusai wanita salju itu berbicara kepada Minokichi, ia meninggalkan Minokichi sendirian. Mengira bahwa itu hanyalah mimpi, Minokichi segera bangun dan melihat keluar namun ia tidak melihat siapapun atau apapun. Sambil menutup pintu ia bertanya-tanya apakah bukan angin yang membuka pintu pondok tadi. Ia memanggil Mosaku namun tidak ada jawaban. Minokichi mengulurkan tangannya untuk menyentuh Mosaku dan tanpa sengaja ia menyentuh wajah Mosaku, dan ternyata wajahnya telah membeku. Mosaku telah meninggal.
Ketika fajar tiba, badai pun berakhir dan si pengayuh perahu menemukan Minokichi yang tergeletak pingsan di samping Mosaku yang telah meninggal. Ia membawa keduanya menyebrang, lalu menguburkan jenazah Mosaku. Sementara Minokichi dibawa pulang kerumahnya. Setelah sembuh, Minokichi tidak dapat langsung melupakan kejadian yang telah ia alami. Ia dihantui oleh kematian Mosaku, namun ia bersikeras untuk tidak menceritakan kejadian itu pada siapapun, karena ia tidak ingin kehilangan nyawanya. Lama berselang, Minokichi baru berani kembali pada pekerjaan sehari-harinya, menebang kayu, membelahnya menjadi potongan-potongan kecil, lalu menjual kayu tersebut ke pasar dengan bantuan ibunya.
Pada musim dingin tahun berikutnya, Minokichi sedang berada dalam perjalanan pulang melalui jalan setapak di hutan, saat ia berpapasan dengan seorang gadis yang amat cantik, berkulit putih indah, yang hendak melalui jalan yang sama. Minokichi pun menyapa gadis itu dan tanpa disangka gadis itu menjawab dengan suara yang menurut Minokichi adalah suara yang paling merdu yang pernah didengarnya. Mereka pun mulai berjalan bersama dan bercakap-cakap. Si gadis menceritakan bahwa ia bernama O-Yuki, ia telah kehilangan kedua orangtua, dan untuk menyambung hidupnya ia akan pergi ke Yedo (Edo atau Tokyo) untuk mencari kerabatnya agar dapat membantu mencarikannya pekerjaan sebagai pelayan.
Entah apa yang dirasakan Minokichi, namun rasanya gadis itu nampaknya makin cantik dimatanya. Minokichi pun mulai merasa suka pada gadis itu, sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya apakah gadis itu sudah memiliki pasangan. Gadis itu tertawa sambil mengatakan bahwa ia belum memiliki pasangan atau kekasih. Ia pun balik bertanya apakah Minokichi telah memiliki pasangan, dan Minokichi menjawab bahwa ia pun belum memilikinya. Setelah pernyataan ini maka kedua muda-mudi ini tidak berbicara lagi sampai mereka tiba di desa tempat tinggal Minokichi. Namun dalam hati masing-masing telah tumbuh rasa saling menyukai. Maka Minokichi mengundang O-Yuki untuk singgah dan beristirahat di rumahnya. O-Yuki ternyata bukan hanya gadis cantik, namun juga berkelakuan baik. Ibu Minokichi pun tak butuh waktu lama untuk menyukainya. Sampai ia membujuk agar O-Yuki mau menunda perjalanannya ke Yedo. Pada akhirnya O-Yuki tidak pernah melanjutkan perjalanannya ke Yedo, melainkan menetap di desa itu dan tinggal bersama Minokichi dan ibunya, sebagai istri dan menantu.
Lima tahun kemudian ibu Minokichi meninggal, O-Yuki tetap bersama-sama Minokichi, bahkan ia telah melahirkan 10 orang anak lelaki dan perempuan bagi Minokichi. Semuanya tampan dan cantik, serta memiliki kulit putih seindah ibunya. Banyak penduduk desa yang mengagumi O-Yuki. Kebanyakan petani tampak tua setelah melahirkan anak, namun O-Yuki yang telah menjadi ibu 10 anak tetap terlihat cantik. Secantik saat pertama kedatangannya di desa, mereka.
Suatu malam setelah anak-anak tidur, O-Yuki menjahit dibantu dengan sebuah cahaya dari lampu kertas. Minokichi yang sedang menatapnya, tiba-tiba berkata, “Melihat kau menjahit dengan pantulan cahaya di wajahmu, aku teringat suatu hal aneh yang terjadi saat aku masih berusia 18 tahun. Kala itu aku melihat seorang wanita yang secantik dan seputih dirimu… dan ia memang mirip denganmu…”
Tanpa menghentikan pekerjaannya, O-Yuki bertanya, “ceritakanlah padaku, dimana kau bertemu dengannya?” lalu Minokichi mulai bercerita tentang Mosaku dan pengalamannya di pondok pengayuh perahu. “Entah itu sebuah mimpi atau bukan, tapi saat-saat itulah aku pernah melihat orang secantik engkau. Tentu saja ia pasti bukan manusia dan aku sangat takut padanya. Hingga sekarang pun aku tidak yakin apakah yang aku lihat itu mimpi atau memang benar-benar seorang wanita salju.”
O-Yuki langsung melemparkan jahitannya. Ia mendekati suaminya dan berseru, “itu adalah aku! Bukankah aku telah mengatakan bahwa aku akan membunuhmu jika cerita itu pernah keluar dari mulutmu. Sekarang, demi anak-anak kita…” O-Yuki tetap berteriak namun suaranya menjadi penuh kesedihan, “jagalah anak-anak kita, karena jika kamu tidak melakukannya, maka aku akan melakukan hal yang pernah aku katakana padamu…”
Minokichi tidak sempat berkata apa-apa. O-Yuki mulai tidak terlihat dan kemudian menguap menjadi butir-butir salju yang halus, yang menghilang melalui cerobong asap. sejak saat itu, ia tidak pernah terlihat lagi…




Yuurei

Berdasarkan ajaran shinto, semua manusia punya roh yang disebut “reikon.” ketika seseorang meninggal, reikon meninggalkan jasadnya dan pergi bersama roh leluhur. Tapi, ketika sesorang mati karena terbunuh, tewas dalam perang, bunuh diri, atau jika tidak diadakan upacara pemakaman yang layak, reikon akan menjadi yuurei untuk membalas dendam. kebanyakan yuurei adalah hantu wanita yang hidupnya menderita karena cinta, cemburu, kesedihan, atau penyesalan. yuurei lelaki sangat jarang.
Yuurei biasanya muncul berpakaian kimono putih (katabira), yang biasa dipakaikan ketika akan dikubur, katabira tak berlengan, biasanya jasad juga diberi kertas atau kain persegi putih (hitaikakushi) pada wajahnya. Yuurei dipercaya muncul pada pukul 2 atau 3 dinihari. dalam cerita jepang, hantu yuurei bisa muncul dalam berbagai cerita, misalnya Sadako, Akaname (Hantu Penjilat Kamar Mandi), Ame-Onna (Wanita Hujan), Anyobo, Arikura-no-Baba, Funayuurei, Futakuchi-Onna (Mulut Kedua Wanita), Harionago, Hiderigami, Hone-onna, Kage-onna, Katawa-guruma, dll.




Zashiki-Warashi
Zashiki-Warashi : A protective child-like house spirit.

Zashiki-Warashi adalah hantu yang berwujud anak-anak yang seringkali nakal daripada membahayakan. Hantu ini bisa juga disebut Zashiki-Bokko. Zashiki bisa diartikan sebagai penutup lantai rumah atau tatami sedangkan Warashi adalah hantu anak-anak. Penampakan Zashiki-Warashi adalah seperti anak kecil yang berusia sekitar 5 atau 6 tahun. Berambut cepak dan berwajah merah. Apabila di Indonesia hantu seperti ini disebut tuyul. Biasanya hantu anak-anak ini berkeliaran di sekitar rumah dan hantu ini mencari perhatian dengan cara yang bermacam-macam, seperti meninggalkan jejak kaki di lantai, membunyikan musik di ruang tamu atau tiba-tiba duduk di atas futon. Hantu ini paling senang menampakkan diri pada anak kecil. Mungkin karena usia mereka sebaya.
Zashiki-Warashi termasuk jenis obake berwujud anak laki-laki meskipun dia kadang-kadang nakal dan suka mengisengi penghuni rumah, ia tidak berbahaya, bahkan pembawa keberuntungan dalam rumah yang ditinggalinya. Maka bersikap manislah kepadanya, soalnya jika ia pergi, keberuntungan rumah kalian pun akan ikut pergi juga.

No comments:

Post a Comment